ADIL KA' TALINO, BACURAMIN KA' SARUGA, BASENGAT KA' JUBATA

Senin, 26 Mei 2008

BBM Memang Harus Naik!

Hiruk pikuk, haru biru, demo sana sini bikin macet. BBM naik, sembako naik dan semuanya pun ikut naik. Banyak orang prustasi akhirnya bunuh diri karena tak sanggup menanggung beban hidup ini.

Bagaimana dengan harga diri kita......?
Semoga harga diri kita tak menjadi langka layaknya kelangkaan BBM ditengah carut marut pergolakan dunia masa kini!

Mari kita dukung dan naikan selalu BBM (Berdoa Bersama Maria). Untuk keselamatan umat manusia.

Rabu, 21 Mei 2008

KPU Tetapkan Anggota KPU Provinsi di 18 Provinsi

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan sejumlah nama terpilih untuk KPU di 18 Provinsi diantaranya Provinsi Kalimantan Barat dan mengukuhkan anggota Komite Independen Pemilihan (KIP) Aceh, sementara provinsi lainnya sedang dalam proses karena sedang melaksanakan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Demikian dikemukakan oleh Ketua KPU Prof. Dr. Abdul Hafiz Anshary, AZ, MA dalam jumpa pers di Media Center KPU Jl. Imam Bonjol No. 29 Jakarta Pusat dengan didampingi oleh seluruh anggota KPU lainnya.

Ketua KPU selanjutnya mengemukakan bahwa lima calon terpilih anggota KPU 18 provinsi tersebut nantinya akan dilantik pada tanggal 24 Mei di KPU kemudian untuk selanjutnya mereka akan mengikuti pembekalan dari tanggal 24 s.d 26 Mei di Jakarta.

Lanjut Ketua KPU, calon terpilih anggota KPU 18 Provinsi tersebut telah melalui sejumlah proses seleksi yang cukup panjang dan berjalan lima bulan lebih.Demikan ujar Ketua KPU.

Berikut nama-nama Calon Anggota KPU Provinsi Kalimantan Barat terpilih berdasarkan SK No. 05/SK/SDM/Tahun 2008 sampai dengan No. 21/SK/SDM/Tahun 2008 tanggal 19 Mei 2008 dan No. 23/SK/SDM/Tahun 2008 tanggal 21 Mei 2008 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota KPU Provinsi.
1. Umi Rifiadiawaty, SH
2. Sofiaty, DR
3. A.R. Muzammil, Drs, M.Si
4. Muhammad Isa, S.Pd
5. Delfinus, Drs
Sumber http://www.kpu.go.id/ (Rabu 21 Mei 2008 15:50 WIB)

Senin, 19 Mei 2008

Sejarah Kesenian Tradisional Jonggan

Jonggan kalau kita dengarkan secara sepintas mirip dengan jenis-jenis kesenian tradisional lainnya, karena menggunakan alat-alat musik yang hampir sama, yaitu; agukng (gong), dau (gamelan), soleng (seruling) dan gadobong (gendang). Namun kalau kita telusuri lebih jauh kesenian tradisional jonggan memiliki ciri yang khas, yang membedakannya dari yang lain.

Menurut penuturan Bapak Maniamas Miden Sood (Mantan Timanggong Temila HIlir III), sekitar tahun 50 an ketika Camat Impan memimpin Kecamatan Sengah Temila Pahauman Kab. Landak (Kab. Pontianak kala itu), lagu We` Jonggan memang sudah ada, entah diciptakankan oleh siapa tapi yang jelas lagu itu biasanya dinyanyikan oleh seorang "Pamaliatn/Dukun" ketika mengobati orang yang sedang sakit. Kemudian muncul lagu-lagu lainnya seperti; dayakng male`en, dayakng anden, we anggon, we jade, dayakng jambelan dan lain-lain. Waktu pun terus berlalu tanpa disadari lagu-lagu tersebut semakin banyak dipopulerkan oleh kelompok-kelompok Jonggan lainnya.

Oleh masyarakat adat Dayak yang tidak tercerabut akar budayanya kesenian tradisional Jonggan sejatinya diselenggarakan sekitar penghujung April sampai dengan awal Mei tahun berjalan, sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Jubata (yang ilahi bagi masyarakat adat Dayak Kanayatn) apabila telah atau akan menyelenggarakan upacara ritual misalnya seorang petani yang mendapatkan padi yang berlimpah. Namun, seiring dengan berjalannya waktu tradisi ini juga dilaksanakan bagi masyarakat Dayak Kanayatn yang tergolong mampu melaksanakan hajatan sunatan atau babalak.

Melihat perkembangan Jonggan yang begitu pesat, muncul keinginan Camat Impan untuk melestarikan kesenian tradisional Jonggan sebagai sarana gotong royong, tujuannya agar memudahkan masyarakat di kampung memasarkan hasil-hasil pertanian maupun hutan ke Pasar Pahauman kala itu. Wujudnya masyarakat diminta membangun jalan dari kampung ke kampung yang terisolir. Malam harinya masyarakat dihibur oleh kelompok Jonggan yang diselenggarakan oleh Camat Impan secara gratis untuk melepas lelah dan kepenatan setelah siang harinya mereka bergotong royong.

Alhasil misi Camat Impan ini berhasil tak sekedar menghibur masyarakat, jalan dari kampung ke kampung pun terbuka dan patut diingat waktu itu tradisi Jonggan ini juga dilaksanakan untuk mengupayakan agar tidak meluasnya salah satu jenis kesenian tradisional lainnya yang agak menyimpang dari kebiasaan masyarakat Dayak yaitu Mak Iyong. Kesenian Mak`Iyong dinilai merusak tatanan moral orang Dayak karena penarinya dapat melakukan hal-hal yang tidak wajar terhadap lawannya dan sebaliknya, kalau istilah jaman sekarang “karaoke tempel” sehingga menimbulkan kesan pornografi.
Jonggan muncul pertama kali dari Kampung Tempala Desa Keranji Pa`Idang Kec. Sengah Temila Kab. Landak, ketika itu di pimpin oleh Pak Kamis sebagai ketuanya, Saimuk dan Kamsiah sebagai penarinya. Setelah itu muncul kelompok-kelompok Jonggan seperti Jonggan Pampakng, Jonggan Saleh, Jonggan Sambih dan kelompok-kelompok Jonggan dari kampung lainnya, ungkap Miden.

Rabu, 14 Mei 2008

Tes Kelayakan dan Kepatutan Calon Anggota KPUD Kab. Landak Relevan

Setelah menjalani dua tahap tes sebelumnya yakni tes tertulis dan assessment psikologi, 20 orang calon anggota KPUD Kab. Landak yang sudah dinyatakan lolos tes tertulis, hari Jumat dan Sabtu, 9-10 Mei 2008 mengikuti tahap akhir seleksi calon anggota KPUD Kab. Landak. Tes kelayakan dan kepatutan yang dibagi dalam dua tahap ini masing-masing diikuti 10 orang peserta berlangsung di Sekretariat KPUD Kab. Landak mulai pukul 08.00 – 15.00 WIB.

Tahapan tes kelayakan dan kepatutan yang merujuk kepada Peraturan KPU No. 13 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan Anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Anggota Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota ini bertujuan untuk menggali dan menguji kembali kemampuan, integritas dan kredibilitas para calon peserta. Tak kalah penting tes ini diadakan untuk menyaring 10 orang calon anggota KPUD Kab. Landak terbaik yang kemudian akan diajukan ke tingkat Provinsi untuk mengikuti tes kelayakan dan kepatutan tahap terakhir sehingga terpilih Anggota KPUD Kab. Landak yang berkualitas.

Hal-hal yang menjadi pertanyaan panitia seleksi yang terdiri dari Marius, SH. MKn; Jongki, S.Pd; Jasmin Haris, S.Pd; dan Pdt. Hengki Apeles, S.Th, MA ini sangat relevan dengan tugas, wewenang dan kewajiban yang menjadi bagian dari tugas keseharian Anggota KPU nanti yakni menyangkut UU Penyelenggara Pemilu, UU Pemilu, UU Partai Politik, Motivasi, Kepemimpinan, UUD 1945 dan pertanggungjawaban isi makalah bagi calon yang belum berpengalaman sebagai penyelenggara Pemilu. Intinya pertanyaan mereka (pansel red) tidak melenceng dari tugas dan wewenang sebagai panitia seleksi.

Senin, 05 Mei 2008

Pasar Tradisional & Wisata Alternatif Gunung Sehaq

Sehaq! mungkin bagi sebagian orang sudah mengenalnya sebagai jalan yang memiliki paling banyak lekukan tikungan di Kalimantan Barat. Sehaq adalah nama sebuah gunung yang terletak di kilometer 120, Desa Asong dan Paloatn, Kec. Sengah Temila, Kab. Landak. Gunung Sehaq memang sudah sejak lama menjadi lintasan dan tempat persinggahan bagi mereka yang akan bepergian dari dan ke Pontianak. Memiliki lebih dari 30 lekukan tikungan. Keasrian dan keindahan pepohonan besar dan tinggi menambah udara segar disekelilingnya, dari kaki gunung sehaq kita dapat melihat kampung, sawah dan ladang disekitarnya sehingga kini gunung sehaq menjadi tempat wisata dan pasar tradisional.

Beragam jenis sayuran khas Dayak yang alami, tanpa bahan kimia (organik) dan segar tersedia disana (Sehaq) tanpa menunggu musimnya tiba. Buah labu, prenggi, mentimun, mentimun batu (kobo), petai, jengkol/jarikng, bawang uma (kucai), daun labu, daun ubi, kalumi’ (asam payak), ansabi/sawi, jamur, rowa’ (rotan muda), dan rebung tarekng/bambu, munti’ dan betung sampai dengan tengkuyung dengan harga yang relatif terjangkau digelar di pondok sederhana oleh para pemiliknya. Para pemilik pondok tersebut memang kebanyakan dari warga di sekitar gunung sehaq, bermata pencaharian sebagai petani dan mereka lebih memilih menetap di pondok yang dibangun secara sederhana tersebut agar memudahkan penjualan, karena dari pagi sampai malam hari para pembeli selalu ada.

Seiring dengan berjalannya waktu! Pondok yang dulunya dibangun beratapkan daun sagu, berlantaikan bambu kini dibangun secara permanen oleh beberapa pemiliknya hingga terdapat belasan pondok berdiri di kiri dan kanan bahu jalan sehaq. Jualan pun tak hanya sayur mayur saja, warga sekitar gunung sehaq melihat peluang ini sebagai kesempatan emas. Kadar misalnya salah seorang warga Asong membangun rumah secara permanen di gunung sehaq untuk berjualan makanan ringan, kopi dan es kelapa. Kedai miliknya menjadi tempat persinggahan bis (kebanyakan bis pangkalatn), mobil pribadi dan pengendara sepeda motor untuk sekedar melepas rasa lapar, haus dan kepenatan. Hari minggu dan hari libur biasanya menjelang sore hari anak-anak muda bersama pasangannya dan beberapa keluarga yang datang dari Senakin, Pahauman, Sidas Ngabang bahkan Pontianak memanfatkan keindahan dan kesejukan alami gunung sehaq ini sebagai tempat wisata alternatif ungkap kadar.

Tak ada yang mengira gunung sehaq yang ketika tahun 1990 an begitu angker, sepi nan mencekam, tampak seperti sekarang ramai dan menjadi tempat wisata. Gunung Sehaq memang indah dan asri, sehingga banyak memikat hati orang. Sehaq pun kini diabadikan sebagai nama sebuah lembaga pemberdayaan ekonomi kerakyatan di Pahauman. Mungkin penggunaan nama tersebut dimaksudkan agar usahanya besar dan tinggi seperti Gunung Sehaq! Semoga.