ADIL KA' TALINO, BACURAMIN KA' SARUGA, BASENGAT KA' JUBATA

Senin, 19 Mei 2008

Sejarah Kesenian Tradisional Jonggan

Jonggan kalau kita dengarkan secara sepintas mirip dengan jenis-jenis kesenian tradisional lainnya, karena menggunakan alat-alat musik yang hampir sama, yaitu; agukng (gong), dau (gamelan), soleng (seruling) dan gadobong (gendang). Namun kalau kita telusuri lebih jauh kesenian tradisional jonggan memiliki ciri yang khas, yang membedakannya dari yang lain.

Menurut penuturan Bapak Maniamas Miden Sood (Mantan Timanggong Temila HIlir III), sekitar tahun 50 an ketika Camat Impan memimpin Kecamatan Sengah Temila Pahauman Kab. Landak (Kab. Pontianak kala itu), lagu We` Jonggan memang sudah ada, entah diciptakankan oleh siapa tapi yang jelas lagu itu biasanya dinyanyikan oleh seorang "Pamaliatn/Dukun" ketika mengobati orang yang sedang sakit. Kemudian muncul lagu-lagu lainnya seperti; dayakng male`en, dayakng anden, we anggon, we jade, dayakng jambelan dan lain-lain. Waktu pun terus berlalu tanpa disadari lagu-lagu tersebut semakin banyak dipopulerkan oleh kelompok-kelompok Jonggan lainnya.

Oleh masyarakat adat Dayak yang tidak tercerabut akar budayanya kesenian tradisional Jonggan sejatinya diselenggarakan sekitar penghujung April sampai dengan awal Mei tahun berjalan, sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Jubata (yang ilahi bagi masyarakat adat Dayak Kanayatn) apabila telah atau akan menyelenggarakan upacara ritual misalnya seorang petani yang mendapatkan padi yang berlimpah. Namun, seiring dengan berjalannya waktu tradisi ini juga dilaksanakan bagi masyarakat Dayak Kanayatn yang tergolong mampu melaksanakan hajatan sunatan atau babalak.

Melihat perkembangan Jonggan yang begitu pesat, muncul keinginan Camat Impan untuk melestarikan kesenian tradisional Jonggan sebagai sarana gotong royong, tujuannya agar memudahkan masyarakat di kampung memasarkan hasil-hasil pertanian maupun hutan ke Pasar Pahauman kala itu. Wujudnya masyarakat diminta membangun jalan dari kampung ke kampung yang terisolir. Malam harinya masyarakat dihibur oleh kelompok Jonggan yang diselenggarakan oleh Camat Impan secara gratis untuk melepas lelah dan kepenatan setelah siang harinya mereka bergotong royong.

Alhasil misi Camat Impan ini berhasil tak sekedar menghibur masyarakat, jalan dari kampung ke kampung pun terbuka dan patut diingat waktu itu tradisi Jonggan ini juga dilaksanakan untuk mengupayakan agar tidak meluasnya salah satu jenis kesenian tradisional lainnya yang agak menyimpang dari kebiasaan masyarakat Dayak yaitu Mak Iyong. Kesenian Mak`Iyong dinilai merusak tatanan moral orang Dayak karena penarinya dapat melakukan hal-hal yang tidak wajar terhadap lawannya dan sebaliknya, kalau istilah jaman sekarang “karaoke tempel” sehingga menimbulkan kesan pornografi.
Jonggan muncul pertama kali dari Kampung Tempala Desa Keranji Pa`Idang Kec. Sengah Temila Kab. Landak, ketika itu di pimpin oleh Pak Kamis sebagai ketuanya, Saimuk dan Kamsiah sebagai penarinya. Setelah itu muncul kelompok-kelompok Jonggan seperti Jonggan Pampakng, Jonggan Saleh, Jonggan Sambih dan kelompok-kelompok Jonggan dari kampung lainnya, ungkap Miden.

Tidak ada komentar: